Jumat, 18 Juli 2008

PERTUMBUHAN BANK SYARIAH LAMPAUI BANK KONVENSIONAL

Ditulis oleh Republika
Friday, 28 March 2008
Di berbagai negara, perbankan syariah terus lahir dan berkembang. Hal itu tidak saja terjadi di negara dengan penduduk mayoritas Muslim, tapi juga minoritas Muslim. Di antaranya seperti Inggris, AS, Rusia, Swiss, Thailand, dan Afrika Selatan. Salah satu pemicu tumbuhnya industri perbankan syariah di sejumlah negara tersebut dipicu oleh keyakinan bahwa sistem perbankan syariah lebih adil bagi masyarakat. Hal tersebut mendorong pesatnya perkembangan bisnis perbankan syariah global.
Terlebih, overlikuiditas dana investasi Timur Tengah akibat lonjakan harga minyak dunia semakin mendorong pesatnya perkembangaan perbankan syariah. Berdasarkan penelitian The Asian Banker, pertumbuhan kinerja bisnis 100 bank syariah terbesar dunia dalam beberapa tahun terakhir telah melampaui pertumbuhan kinerja serupa industri perbankan konvensional.
Ke-100 bank syariah terbesar dunia tersebut tercatat memiliki tingkat pertumbuhan bisnis rata-rata tahunan sebesar 26,7 persen dengan nilai aset hampir mencapai 350 miliar dolar AS. Sedangkan, tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan perbankan konvensional hanya berada pada kisaran 19,3 persen. Tingkat pertumbuhan ke-100 bank syariah terbesar dunia tersebut bahkan melampaui estimasi sejumlah analis perbankan.
Mereka mengestimasikan bank syariah global hanya tumbuh rata-rata 15 hingga 20 persen per tahun. ''Kami melihat adanya peningkatan jumlah dan ukuran bank-bank syariah di dunia dan mereka juga tumbuh popukler di negara non Muslim,'' kata Manajer Penelitian Asian Banker, Benny Zhang Wei sebagaimana dilansir situs berita www.zawya.com, Selasa, (25/3).
Mengacu pada hasil penelitian, Zhang Wei menyatakan pertumbuhan bisnis ke-100 bank syariah terbesar dunia tersebut akan terus berjalan dalam jangka panjang. Hal itu terutama didorong terus meningkatnya overlikuiditas di Timur Tengah akibat lonjakan harga minyak dan gas. ''Saya tidak melihat adanya pelambatan pertumbuhan dalam jangka panjang,'' ujarnya.
Kepala Divisi Perbankan Syariah Bank Mashreq (Badr Al Islami), Taha El Tayeb mengaku, cukup terkejut dengan hasil penelitian Asian Banker tersebut. Hal itu karena awalnya ia hanya menduga pertumbuhan rata-rata perbankan syariah tahunan hanya sekitar 20 persen. ''Namun, saya meyakini tingginya rata-rata pertumbuhan ini terjadi karena pertumbuhan bisnis perbankan syariah jangka pendek juga berjalan cukup baik. Perkembangan bisnis perbankan syariah akan semakin cerah,'' ucapnya.
Zhang Wei bahkan menyebutkan, potensi industri perbankan syariah mengalahkan perbankan konvensional cukup besar dan tidak dapat dianggap remeh. Hal ini bisa menjadi ancaman bagi perbankan konvensional karena hingga kini bank syariah terus tumbuh pesat melalui merger dan akuisisi.
Makin diterima Pesatnya perbankan syariah tak lepas dari pengaruh semakin diterimanya sistem perbankan non bunga tersebut di berbagai negara berpenduduk minoritas Muslim. Di AS dan Inggris, terdapat European Islamic Investment Bank (EIIB) Inggris dan University Bank Islamic Corp. (UBIC) AS.
EIIB merupakan BUS investasi dan tercatat menempati urutan ke-99 dari 500 lembaga keuangan syariah top dunia berdasarkan majalah The Banker November tahun lalu. Saat itu, bank ini memiliki aset sekitar 463,82 juta dolar AS.
Sedangkan, UBIC merupakan BUS komersial dan menempati urutan ke-186 dengan aset 20,05 juta dolar AS. Kedua negara berpopulasi mayoritas pemeluk Kristen. Selain itu, di Thailand, terdapat Islamic Bank of Thailand (IBT) yang bergerak pada bisnis komersial. Bank ini menempati urutan 125 dengan aset mencapai 243,41 juta dolar AS. Thailand merupakan negara Asia Tenggara dengan penduduk mayoritas pemeluk Buddha.

Tidak ada komentar: