Minggu, 08 Juni 2008

YANG RUGI DAN UNTUNG AKIBAT INFLASI

Selain pertumbuhan ekonomi, dua indikator utama perekonomian adalah tingkat inflasi dan nilai tukar. Keduanya berhubungan erat. Nilai tukar rupiah yang merosot menyebabkan inflasi (imported inflation) akan melesat seperti yang terjadi pada 1998. Inflasi yang tinggi juga akan membuat nilai tukar rupiah semakin melemah, sesuai dengan teori purchasing power parity.
Jika diibandingkan dengan nilai tukar, tingkat inflasi memengaruhi lebih banyak sendi kehidupan. Inflasi memengaruhi bunga bebas risiko (SBI) yang pada gilirannya akan menentukan suku bunga tabungan, kredit, obligasi, diskonto, dan yield. Bunga diskonto dan yield baru pada akhirnya akan membuat valuasi semua aset berubah.
Dalam menyusun anggaran tahunan baik tingkat makro (negara) maupun mikro (perusahaan), asumsi mengenai tingkat inflasi juga mutlak diperlukan karena sangat menentukan banyak pos dalam anggaran.
Ada banyak definisi inflasi. Yang paling sederhana mengatakan inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa atau penurunan daya beli dari uang. Inflasi terjadi ketika harga-harga semakin tinggi atau ketika kita memerlukan uang yang lebih banyak untuk membeli barang yang sama.
Definisi yang paling saya suka adalah yang diberikan Sri Edi Swasono, dosen ekonomi makro saya. Inflation happens when you go to a market with a pocket of money and bring home a basket of goods but the next day you go to the same market with a basket of money but bring home only a pocket of goods.
Definisi inflasi yang lengkap yang tidak hanya melihat akibatnya (kenaikan harga dan penurunan daya beli) tetapi juga sebabnya diberikan kamus Webster 1983 dan disempurnakan dalam kamus American Heritage tahun 2000. Inflation is a persistent increase in the level of consumer prices or a persistent decline in the purchasing power of money, caused by an increase in available currency and credit beyond the proportion of available goods and services.
Yang dirugikan
Ketika bicara inflasi, kita umumnya akan langsung memikirkan efek negatifnya bahwa inflasi akan merugikan semua orang tanpa kecuali dan sama besar. Yang benar, tidak semua orang terpengaruh dengan tingkatan yang sama.
Ini dikarenakan komposisi pengeluaran satu orang tidak sama dan besar kenaikan harga barang dan jasa juga berbeda satu sama lain. Biaya pendidikan dan biaya kesehatan biasanya mempunyai kenaikan yang lebih besar, kadang-kadang hingga dua kali tingkat inflasi. Sebaliknya untuk komoditas pertanian yang umumnya mudah busuk (perishables).
Selain itu, elastisitas penghasilan terhadap tingkat inflasi pun berbeda antarprofesi/kelompok. Inflasi merugikan mereka yang berpenghasilan tetap seperti para pensiunan, buruh, pekerja kasar, dan kelompok miskin lainnya. Walaupun penghasilannya mengalami penyesuaian, buruh dan pekerja kasar tetap saja kelompok yang paling menderita akibat inflasi karena uang sewa/kontrak rumah dan barang-barang kebutuhan sehari-hari naiknya sering lebih kencang.
Kelompok yang dirugikan lainnya adalah mereka yang memberikan pinjaman termasuk para penabung di bank. Seseorang yang menabung atau mendepositokan uangnya di bank dengan mendapatkan bunga bersih sebesar 5% p.a. akan mengalami return riil -5% jika tingkat inflasi tahunan pada periode yang sama adalah 10%. Meskipun jarang terjadi, bank pun dapat saja mengalami kerugian jika suku bunga pinjamannya lebih rendah daripada tingkat inflasi.
Contoh kerugian terbesar yang dialami pemberi pinjaman terjadi di Jerman pada 1923. Seseorang yang meminjamkan kepada saudaranya atau kawannya sejumlah uang yang cukup untuk membeli sebuah mobil di sana pada awal 1923. Ketika dikembalikan pada akhir tahun, uang itu hanya cukup untuk membeli sebuah kotak korek api.
Yang diuntungkan
Tidak semua orang dirugikan karena inflasi. Ada juga yang diuntungkan. Kelompok pertama adalah mereka yang sedang berutang, yakni masyarakat menengah dan para pengusaha.
Mereka yang mengambil KPR atau kredit investasi dan perusahaan yang mengeluarkan obligasi akan merasakan beban utang dan angsurannya semakin ringan karena telah terjadi penurunan nilai uang. Jika Anda memperoleh bunga tetap KPR sebesar 10% p.a. saat inflasi menembus double digit, Anda akan untung dan bank rugi karena mematok suku bunga pinjaman yang tetap.
Anda tahu siapa pengutang terbesar yang tentu saja menjadi pihak yang paling diuntungkan karena nilai riil utangnya menjadi lebih rendah? Tidak lain, pemerintah. Kita ketahui bersama kalau utang pemerintah kita sangat besar, mulai dari utang luar negeri dan utang obligasi rekap warisan pemerintahan lalu, sampai SUN dan ORI yang semakin akrab dengan kita.
Yang juga masuk kelompok yang untung akibat inflasi adalah mereka yang umumnya mempunyai harta tetap seperti rumah, gedung, tanah, toko, atau investasi lainnya seperti emas dan logam mulia. Pemilik rumah indekos, rumah kontrakan, dan toko akan segera menaikkan harga sewa jika terjadi inflasi. Tanah dan emas hampir pasti juga naik mengikuti inflasi.
Terakhir, apa yang harus diperhatikan investor saat inflasi diperkirakan akan tinggi? Inflasi tinggi akan menaikkan yield dan menurunkan harga obligasi (berhubungan terbalik dengan yield). Jual jika harganya belum turun banyak, atau hindari obligasi berbunga tetap. Nilai pasar obligasi dengan kupon tetap terutama yang berjangka waktu lama akan merosot jika inflasi meningkat.
Untuk saham, jual jika tidak rugi, atau hindari perusahaan yang sensitif terhadap kenaikan tingkat bunga dan daya beli kelompok menengah bawah. Peganglah saham yang tidak sensitif terhadap bunga dan perusahaan yang produk dan jasanya berorientasi pada pasar luar negeri dan kelompok menengah atas

Tidak ada komentar: